Kendari, Kabengga.id — Suasana di Kantor Subdit II Eksus Ditreskrimsus Polda Sultra mendadak ricuh pada Kamis (9/10/2025). Seorang pria bernama Emin (36), korban dugaan penipuan travel umrah Smarthajj Kendari, meluapkan amarah dan tangis histeris di depan sejumlah polisi.

Pemicunya: dua tersangka kasus ini, Owner Smarthajj Kendari, Juleo Adhi Pradana, dan istrinya Andi Ulfa Natassia Nono, tidak lagi ditahan alias ditangguhkan penahanannya oleh penyidik.

“Kenapa Leo tidak dipenjara? Tidak murah uang saku ku Rp100 juta. Mentalku hancur, saya malu. Mamaku dua kali masuk rumah sakit karena muntah darah!” teriak Emin dengan suara bergetar, dalam video yang viral di media sosial, Selasa (14/10).

Menurut Emin, Ulfa dibebaskan sejak Senin (15/9) karena alasan kemanusiaan: ia memiliki anak berusia empat tahun yang menderita disabilitas dan memerlukan perawatan khusus. Sementara Juleo dikabarkan dibantarkan ke RSUD Bahteramas Kendari dengan alasan medis setelah mengalami serangan jantung pada hari yang sama.

Namun, Emin mempertanyakan transparansi keputusan tersebut. Ia mengaku, hingga kini polisi belum menunjukkan surat keterangan sakit dari dokter atau rumah sakit.

“Yang kami pertanyakan, sampai kapan Juleo ini tidak ditahan? Kalau sakitnya tidak sembuh dua tahun, berarti dua tahun pula dia bebas. Surat sakitnya pun kami tidak diperlihatkan,” kesalnya.

Menanggapi hal itu, Kasubdit II Eksus Ditreskrimsus Polda Sultra, AKBP Ahmad Mega Rahmawan, menegaskan bahwa penangguhan murni dilakukan atas dasar kemanusiaan dan medis, bukan karena imbalan seperti yang dituduhkan.

“Saya pastikan tidak ada penyidik yang menerima uang. Penangguhan diberikan karena Juleo memang sakit. Dari RS Bhayangkara dirujuk ke RSUD Bahteramas, hasil dokter menyebut harus rawat jalan tiap tiga hari. Jadi kami beri kebijakan, apalagi dia kooperatif. Istrinya pun masih kami tangguhkan karena harus merawat anaknya yang disabilitas,” jelas Mega kepada Kendariinfo, Kamis (9/10).

Kasus dugaan penipuan umrah oleh Smarthajj Kendari sebelumnya menyeret sejumlah jemaah yang mengaku kehilangan ratusan juta rupiah setelah gagal diberangkatkan ke Tanah Suci. Hingga kini, korban terus menuntut keadilan dan kepastian hukum terhadap para pelaku.**

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *