Kendari ll Kabengga.Id-Anggota Komisi II DPR RI, Rusda Mahmud, kembali menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan pemekaran Kepulauan Buton (Kepton) di tingkat pusat. Isu pemekaran menurutnya bukan hal baru, melainkan menjadi bagian dari agenda perjuangannya sejak lama, bahkan ketika mencalonkan diri sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra).
“Pemekaran Kepton adalah prioritas saya sejak dulu. Saat mencalonkan gubernur pun, saya sudah menyuarakan itu,” kata Rusda saat ditemui di Kendari, Kamis (17/7).
Ia menilai pembentukan provinsi baru di kawasan Kepulauan Buton membawa banyak dampak positif bagi masyarakat. Selain memperpendek akses terhadap layanan pemerintahan tingkat provinsi, pemekaran diyakini membuka lebih banyak peluang kerja di daerah.
“Banyak warga yang enggan mengurus sesuatu ke provinsi, karena jaraknya terlalu jauh. Kalau provinsinya ada di sekitar mereka, pelayanan jadi lebih dekat, dan otomatis akan membuka lapangan kerja baru,” ungkapnya.
Sebagai contoh, Rusda menyebut pengalaman daerah lain seperti Kolaka Utara. Saat masih berstatus kecamatan, wilayah tersebut hanya menerima dana sekitar Rp4 miliar per tahun. Namun, setelah dimekarkan menjadi kabupaten, alokasi anggaran melonjak drastis hingga lebih Rp1 triliun.
“Anggaran sebesar itu digunakan untuk pembangunan infrastruktur, jalan, dan sektor lain yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, saya sangat berharap pemekaran Kepton bisa segera terealisasi,” ujarnya.
Dukungan terhadap pemekaran Kepulauan Buton juga datang dari Wakil Gubernur Sultra, Hugua. Ia menekankan Buton tidak meminta status daerah khusus atau ibu kota provinsi, melainkan ingin diakui sebagai wilayah bersejarah yang setara kerajaan-kerajaan lain yang kini telah menjadi provinsi sendiri.
“Buton punya sejarah panjang. Kerajaan dan kesultanannya sudah ada sejak 400 tahun lalu, jauh sebelum wilayah ini bergabung dengan NKRI pada 1961,” ungkap Hugua.
Menurutnya, sejarah dan warisan budaya menjadi alasan yang cukup kuat untuk menjadikan Kepulauan Buton sebagai provinsi baru. (redaksi)
