Bombana – Kabengga. id ll Gelombang kemarahan petani mengguncang Kabupaten Bombana. Forum Petani Bombana Bersatu (FPBB) melayangkan pernyataan sikap keras terhadap praktik pembelian gabah yang diduga melanggar ketentuan harga pembelian pemerintah sebagaimana diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres).

Dalam pernyataan resminya, FPBB menegaskan bahwa harga gabah di lapangan kini jatuh jauh di bawah standar pemerintah. Para petani mengaku kecewa dan merasa dikhianati setelah hasil panen yang mereka perjuangkan dengan tenaga dan biaya besar dibeli dengan harga yang tak sebanding.

“Kami sangat kecewa dan marah. Harga gabah yang dibeli dari petani tidak sesuai Inpres. Ini bukan sekadar pelanggaran, tapi bentuk penindasan terhadap petani,” tegas Sugito, Ketua Forum Petani Bombana Bersatu, dalam pernyataannya kepada wartawan, Minggu (19/10).

Sugito menilai, apa yang terjadi bukan semata kelalaian, melainkan indikasi kuat adanya permainan harga oleh oknum tertentu yang ingin meraup keuntungan pribadi dengan mengorbankan para petani kecil.

“Kami bukan minta belas kasihan. Kami hanya minta keadilan harga. Jangan jadikan petani sebagai korban permainan pasar dan birokrasi,” ujarnya dengan nada tajam.

FPBB menuntut pemerintah daerah, Bulog, dan instansi terkait untuk segera turun tangan melakukan investigasi dan mengembalikan harga gabah sesuai ketentuan Inpres. Forum juga menegaskan pentingnya transparansi dan pengawasan ketat di seluruh rantai pembelian hasil panen.

“Petani tidak butuh janji manis. Kami butuh langkah nyata. Jika pemerintah tidak turun tangan, kami siap turun ke jalan!” ancam Sugito.

Selain menuntut penyesuaian harga, FPBB juga mendesak agar pemerintah memberikan kompensasi kepada petani yang dirugikan, serta mengusut pihak-pihak yang terbukti melanggar aturan pembelian gabah.

Seruan keras ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah dan pelaku bisnis beras agar tidak bermain-main dengan nasib petani. FPBB menegaskan, perjuangan mereka akan terus berlanjut hingga keadilan benar-benar ditegakkan.

“Petani adalah tulang punggung negeri ini. Jangan biarkan mereka terus diperas di tanah sendiri,” pungkas Sugito dengan nada geram.(redaksi).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *