Bombana, 7 Oktober 2025
Pasca aksi demonstrasi Aliansi Masyarakat Moronene terkait penolakan penggunaan motif Rapa Dara sebagai simbol khas Kabupaten Bombana, muncul kabar pencopotan Ramsi Salo dari jabatannya sebagai Ketua Tamalaki Pu’u Wonua.

Menanggapi hal tersebut, Ramsi menilai pencopotan dirinya bukan karena pelanggaran organisasi, melainkan sebagai bentuk pengamanan diri segelintir pihak yang ingin menjaga hubungan baik dengan Bupati Bombana.

Lanjutnya “Saya tahu betul arah dan alasan pencopotan ini, Ini, bukan soal organisasi, tapi soal kepentingan pribadi beberapa orang yang takut kehilangan posisi dan akses mereka di pemerintahan. Mereka ingin terlihat baik di depan bupati,” ungkap Ramsi.

Ramsi juga mengungkapkan bahwa sebelum aksi digelar, terdapat oknum yang menghubungi beberapa pengurus Tamalaki melalui sambungan telepon, dengan maksud untuk mengimbau agar mereka tidak ikut dalam aksi dan menjaga citra baik di hadapan Bupati Bombana.

“Saya punya bukti dan saksi, ada yang ditelepon dan diminta jangan ikut aksi. Katanya demi menjaga nama baik di hadapan bupati, karena ada kepentingan yang sedang mereka jaga. Ini bukti bahwa ada upaya membungkam gerakan moral masyarakat adat,” tambahnya.

Lebih lanjut, Ramsi menegaskan bahwa pertanyaannya kepada Bupati Bombana dalam aksi sebelumnya bukanlah serangan pribadi, melainkan pertanyaan publik yang wajar dalam konteks transparansi anggaran dan tanggung jawab pemerintah terhadap kebijakan budaya daerah.

“Pertanyaan saya bukan menyerang pribadi Pak Bupati. Itu pertanyaan biasa, bagian dari aspirasi rakyat. Kalau kemudian beliau tersinggung dan marah, itu di luar konteks. Kami hanya ingin jawaban yang jelas,” tegasnya.

Ramsi juga menyinggung adanya dukungan material terhadap aksi demonstrasi yang justru berasal dari pihak-pihak yang kini mendukung pencopotannya. Hal itu, menurutnya, menunjukkan adanya kemunafikan dan inkonsistensi sikap dari sebagian elit lokal.

“Aneh, waktu aksi mereka bantu secara material, tapi setelah itu justru ikut menekan dan mendukung pencopotan saya. Ini jelas ada permainan dua muka,” ujarnya dengan nada kecewa.

Menutup pernyataannya, Ramsi menegaskan bahwa dirinya tidak menyesal atas sikap dan langkah yang telah diambil, karena menurutnya perjuangan menolak penghapusan identitas budaya Moronene jauh lebih penting daripada jabatan apa pun.

“Saya tidak menyesal. Jabatan bisa dicopot, tapi harga diri dan kebenaran tidak bisa dibungkam. Saya akan tetap berdiri bersama masyarakat adat Moronene,” pungkas Ramsi Salo.(redaksi ).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *