Bombana – Kabengga.id ll Kebijakan Pemerintah Daerah (Pemda) Bombana yang menetapkan Rapa Dara sebagai motif khas daerah kembali mendapat kritik keras. Israwati, Pimpinan Divisi Media Center Organisasi Indonesia Moronene menilai langkah tersebut bukan hanya salah arah, tetapi juga berpotensi melukai harga diri masyarakat adat Moronene sebagai pewaris sah budaya Bombana.

“Rapa Dara berarti kepala kuda. Semua orang tahu, kuda tidak pernah memiliki nilai historis dalam perjalanan budaya Moronene. Lalu kenapa kepala kuda dipaksakan menjadi simbol khas Bombana? Itu jelas sebuah pemaksaan dan bentuk pengaburan identitas asli daerah,” tegas Isra.

Ia menilai bahwa tindakan Pemda semakin tidak dapat diterima ketika bangunan-bangunan yang sebelumnya dihiasi dengan motif Burisininta, bosu-bosu dan motif talulu lainnya diganti dengan Rapa Dara. “Burisininta, Bosu-bosu, dan ragam Talulu lainnya adalah penanda otentik Moronene sekaligus ciri khas Kabupaten Bombana. Menghapus dan menggantinya dengan Rapa Dara sama saja dengan penghinaan terhadap suku asli Bombana,” ujarnya keras.

Menurut Israwati, kebijakan ini menunjukkan bias representasi karena mengabaikan budaya Moronene dan lebih memilih simbol yang asing bagi masyarakat lokal. Ia juga memperingatkan adanya potensi konflik identitas jika pemerintah terus mengabaikan akar budaya asli. “Simbol daerah bukan sekadar hiasan, melainkan lambang harga diri. Jika Pemda memaksakan sesuatu yang tidak sesuai, maka wajar jika masyarakat merasa terhina,” tambahnya.

Ia menutup kritikannya dengan peringatan tegas: “Bombana tidak kekurangan simbol. Kita punya Burisininta, Bosu-bosu, dan beragam Talulu lainnya yang diwariskan leluhur. Itu yang harus diangkat, bukan Rapa Dara yang tidak punya sejarah. Jangan sampai kebijakan ini mencatatkan sejarah buruk: pemerintah sendiri yang menghapus jati diri daerahnya.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *