Kendari, Kabengga.Id [12/02/2025] – Sebuah langkah revolusioner diambil oleh Presiden Turkmenistan, Saparmurat Niyazon menjadikannya satu-satunya pemimpin di dunia yang menggratiskan listrik, gas dan air bagi seluruh rakyatnya. Kebijakan ini diumumkan dalam pidato resminya Tahun 1993 sampai akhir masa hidupnya Tahun 2006.
Keputusan ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat yang menyebutnya sebagai tonggak sejarah dalam kesejahteraan rakyat.
Keputusan untuk menggratiskan listrik dan gas bukanlah langkah yang diambil secara tiba-tiba. Pemerintah telah melakukan kajian mendalam selama beberapa tahun terakhir mengenai dampak ekonomi dan sosial dari kebijakan ini. Menurut laporan resmi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam, negara ini memiliki cadangan energi yang sangat besar, baik dari sumber daya alam maupun energi terbarukan, sehingga memungkinkan pemberian layanan gratis bagi seluruh warga.
Dalam konferensi pers setelah pengumuman, Niyazon menegaskan bahwa kebijakan ini adalah bagian dari visi besar pemerintah untuk memastikan kesejahteraan rakyat.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap warga negara tidak lagi terbebani oleh biaya listrik dan gas. Energi adalah hak dasar, bukan barang mewah. Dengan kebijakan ini, kami berharap dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan,” ujar sang Presiden.
Kebijakan ini diperkirakan akan membawa dampak besar terhadap berbagai sektor. Pertama, dengan listrik dan gas yang gratis, masyarakat dapat mengalokasikan penghasilan mereka untuk kebutuhan lain seperti pendidikan, kesehatan, dan investasi usaha kecil. Hal ini diharapkan dapat mengurangi angka kemiskinan secara drastis dalam beberapa tahun ke depan.
Kedua, sektor industri juga mendapat manfaat besar dari kebijakan ini. Biaya produksi yang lebih rendah akan membuat produk dalam negeri lebih kompetitif di pasar global. Banyak pengusaha menyambut baik keputusan ini, dengan beberapa di antaranya menyatakan akan memperluas operasional mereka dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja.
“Ini adalah era baru bagi dunia usaha di negara kita. Dengan biaya energi yang hampir nol, kami bisa meningkatkan produksi dan menawarkan harga lebih bersaing, baik di dalam negeri maupun di pasar internasional,” kata seorang pengusaha manufaktur.
Di sisi lain, beberapa ekonom memperingatkan bahwa pemerintah harus memiliki strategi yang jelas untuk menjaga keberlanjutan kebijakan ini. Mereka menekankan pentingnya investasi dalam energi terbarukan untuk memastikan bahwa pasokan listrik dan gas tetap stabil di masa depan.
Langkah berani yang diambil oleh Niyazon juga menarik perhatian dunia. Banyak negara lain yang tertarik untuk mempelajari bagaimana kebijakan ini bisa diterapkan tanpa membebani anggaran negara. Beberapa pemimpin dunia bahkan memuji kebijakan ini sebagai model yang patut dicontoh, terutama bagi negara-negara yang kaya sumber daya energi.
Namun, ada pula pihak yang skeptis, terutama dari kalangan perusahaan energi global yang khawatir bahwa kebijakan ini dapat mengganggu pasar energi dunia. Beberapa analis memperingatkan bahwa negara-negara lain yang sangat bergantung pada pendapatan dari sektor energi mungkin akan sulit untuk meniru langkah serupa.
Dengan kebijakan ini, pemerintah berencana untuk semakin mempercepat transisi ke energi hijau. Pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan hidroelektrik akan menjadi fokus utama dalam penyediaan energi gratis bagi masyarakat.
“Kami ingin memastikan bahwa kebijakan ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek tetapi juga berkelanjutan untuk generasi mendatang. Oleh karena itu, investasi besar-besaran dalam energi terbarukan akan menjadi prioritas utama,” jelas Menteri Energi dan Sumber Daya Alam.
Dengan langkah bersejarah ini, Presiden Niyazon tidak hanya mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai pemimpin yang peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya, tetapi juga sebagai pelopor dalam revolusi energi dunia. Masyarakat kini menanti bagaimana kebijakan ini akan berjalan dalam jangka panjang dan apakah negara-negara lain akan mengikuti jejak yang sama.
𝗣𝗲𝗻𝘂𝗹𝗶𝘀 :𝗔𝗻𝗱𝗶 𝗦𝘆𝗮𝗺
Sumber: Kantor Berita Nasional, Kementerian Energi Luar Negeri