Kabengga.id, Kendari : Penerimaan negara dari sektor pajak di Sultra sampai 31 Mei 2024 hanya Rp1,520 triliun lebih.
Mengalami penurunan sebesar Rp33 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama Mei 2023.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kolaka Arief Hartono mengatakan penurunan penerimaan pajak disebabkan pada Mei 2024 terjadi karena adanya penundaan penyampaian SPT tahunan oleh pengusaha atau badan yang berdampak pada penurunan penerimaan pajak khususnya dari sektor pertambangan.
“Kita ketahui di tahun 2023 khususnya pada Agustus ke atas itu banyak sekali pengusaha yang RKAB atau izin untuk melakukan eksplorasinya itu tidak keluar,” ungkapnya kemarin.
Padahal salah satu syarat untuk melakukan penambangan itu harus ada RKAB, dan di karenakan izin RKAB tidak keluar dari kementerian ESDM secara otomatis para pengusaha tidak dapat melakukan penambangan, sehingga berdampak pada penghasilan atau laba di tahun 2023 itu turun.
Imbasnya adalah pasal 29 yang biasanya dilaporkan, disetorkan bersama dengan memasukan SPT tahunan PPH badan itu berkurang dan pada penerimaan pajak pada mei 2024 mengalami penurunan.
Menurutnya, terdapat lima sektor terbesar penerimaan pajak di Sultra yakni sektor Pertambangan dan Penggalian dengan total penerimaan sampai dengan 31 Mei 2024 tercatat sebesar Rp445,50 miliar atau 29,30 persen dengan pertumbuhan -23,13 persen.
“Jadi sektor terbesar di wilayah Sultra untuk penerimaan APBN, itu berasal dari sektor pertambangan dan penggalian dan di tahun 2024 ini mengalami penurunan yang drastis atau turun sekitar Rp130 miliar,” ungkapnya.
Arif juga menjelaskan meski terdapat peningkatan dari sektor Administrasi Pemerintahan dan Jaminan Sosial wajib dimana penerimaan tercatat sebesar Rp356,50 miliar atau 23,44 persen dengan pertumbuhan 10,49 persen, belum mampu menutup penurunan dari sektor pertambangan dan penggalian.
“Jadi efek dari tidak keluarnya RKAB itu berimbas besar, yang otomatis seluruh usaha yang berkaitan dengan pertambangan misalnya perdagangan besar dan eceran, yang berkaitan dengan pertambangan maupun perdagangan lainnya itu ikut turun,” jelas Arief Hartono
Lebih lanjut Arief menjelaskan untuk sektor terbesar lainnya yakni Jasa Keuangan dan Asuransi. (LMS)
