Foto. Brandin Kukis Kabuto Mahasiswa (i) UHO

Kendari – Mahasiswa (i) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari kembali menghasilkan satu produk cemilan yang terbuat dari singkong/ubi kayu yang dinamakan “Kukis Kabuto”.

Ida Fadila Sya’diah Mahasiswi (i) FMIPA UHO mengatakan kabuto adalah kearifan lokal yang semakin terkikis dan mulai dilupakan oleh masyarakat Sultra utamanya generasi muda Kabupaten Muna dan Buton.

Padahal kabuto merupakan makanan tradisional yang harus terus ada sebagai makanan non beras yang sehat.

Selain itu sebagai bahan pendapatan jika dikembangkan secara maksimal, kabuto juga bisa menjadi salah satu ikon kuliner Sultra.

“Ketika orang dari luar Sultra datang ke Kota Kendari dan ingin mencicipi dan merasakan makanan lokal maka pilihannya bisa kukis kabuto.

Kukis kabuto adalah makanan bebas gluten dari singkong tanpa terigu, tanpa bahan pengawet, tanpa gula sehingga brandin kukis kabuto adalah cemilang sehat.

“Kalau cemilan sehat bebas gluten kan banyak manfaatnya salah satunya bisa di konsumsi oleh orang yang intoleransi gluten yang suka alergi dan penyakit autis, anak- anak autis harus mengurangi mengkonsumsi gluten,” jelas Ida.

Menurutnya manfaat mengkonsumsi kukis kabuto pertama bebas gluten. Sekarang ini banyak makanan yang mengandung tepung terigu mengandung zat pengawet.

“Jadi kami buat kukis kabuto sebagai makanan bebas pegawet, bebas gluten dan sumber karbohidrat sehingga bisa dikonsumsi semua kalangan. Anak sekolah, yang kerja bisa juga dibawah ke kantor,” jelasnya.

Dalam tim ini ada empat orang antara lain Ida Fadilah Sya’dia dari FMIPA, Dian Adriani dari Fakultas Kesmas, Irmala dari Manajemen dan Ibnu Hakim dari Akuntansi.

Pendanaan untuk menghasilkan produk kukis kabuto, lanjut Ida, berasal dari dana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Kemendikbudristek punya program yang dikenal dengan Program Pembinaan Mahasiswa Kewirausahaan (P2MW) ada lima tim yang lolos dari UHO. Untuk bisa masuk program ada seleksi pertama buat proposal lalu diseleksi di internal UHO, kalau lolos kemudian diseleksi ditingkat nasional kalau lolos baru diberikan dana.

“Untuk tahap awal dana yang diberikan Rp. 15 juta, lalu tahap bertumbuh Rp. 20 juta, program ini berakhir sampai akhir September atau mungkin awal-awal Oktober.

Nah nanti di bulan Oktober akan expo Kewirausaan Mahasiswa Indonesia (KMI) 2024 dimana UHO jadi tuan rumah,” urainya.

Sedangkan proses sertifikat halal saat ini sementara proses sedangkan untuk standarisai kesehatan tahap awal sudah dilakukan pemeriksaan tinggal menunggu proses berikutnya.

Ida berharap produk kukis kabuto bisa lebih dikenal lagi sehingga orang tahu salah satu makanan khas Sultra.

“Mimpi saya bagaimana kabuto ini makin dikenal luas dan menjangkau hotel-hotel, ruko, restoran dan gerai-gerai sebagai oleh-oleh. (LMS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *