Kendari – Di tengah hiruk-pikuk kota Kendari, terdapat sebuah kisah inspiratif yang mampu menggetarkan hati banyak orang. Jahidin, seorang anak yatim piatu yang bekerja sebagai tukang ojek, berhasil meraih gelar sarjana dari Universitas Universitas Halu Oleo Kendari. Keberhasilannya ini menjadi bukti nyata bahwa semangat dan tekad yang kuat mampu mengalahkan segala rintangan.
Sejak kecil, Jahidin telah kehilangan kedua orang tuanya. Dengan keadaan yang serba kekurangan, ia harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Demi menyambung hidup, Jahidin memutuskan untuk menjadi tukang ojek. Pekerjaan ini ia lakoni sejak duduk di bangku SMA, demi membantu biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari.
Setelah lulus SMA, Jahidin tidak menyerah pada nasib. Ia bertekad untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berbekal beasiswa dari bidik misi, Jahidin berhasil masuk ke Universitas Halu Oleo dan mengambil jurusan Peternakan. Setiap hari, selepas kuliah, Jahidin kembali ke jalan untuk mengojek. Penghasilannya digunakan untuk biaya hidup sehari-hari dan membeli buku-buku kuliah.
Perjuangan Jahidin selama bertahun-tahun akhirnya berbuah manis. Pada hari Senin 5 Agustus 2024, Jahidin resmi diwisuda dan mendapatkan gelar Sarjana Peternakan (S.Pt). Momen ini disambut haru oleh teman-teman dan para dosen yang mengenal kegigihan Jahidin. Tidak sedikit yang meneteskan air mata saat Jahidin naik ke panggung untuk menerima ijazahnya.
Dalam keterangannya, Jahidin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah membantunya. “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada yang telah memberikan beasiswa, kepada para dosen yang selalu mendukung, dan kepada teman-teman yang selalu memberi semangat. Saya dedikasikan gelar ini untuk kedua orang tua saya yang telah tiada,” ujarnya Jahidin kepada Kabengga.id (6/8) dengan suara bergetar.
Kisah Jahidin menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang sedang berjuang melawan keterbatasan. Jahidin membuktikan bahwa dengan kerja keras, ketekunan, dan doa, tidak ada yang tidak mungkin dicapai. Kini, dengan gelar sarjana di tangannya, Jahidin bertekad untuk mengubah hidupnya dan memberikan kontribusi lebih bagi masyarakat.
Saya berharap, “kisah ini dapat menginspirasi anak-anak muda lainnya untuk tidak menyerah pada keadaan dan terus berjuang meraih Impian, sebab masa depan tidak ditentukan oleh latar belakang, tetapi oleh seberapa besar tekad serta kemauan dalam berjuang” tambahnya. (M)